Laman

Jumat, 14 Mei 2010

Tepatkah Cara KB Anda ???

ini adalah salah satu bentuk kebingungan pasangan suami istri tentang cara KB yang cocok bagi mereka, dan ini dialami oleh banyak pasangan sebelum memutuskan menggunakan cara KB yang mereka inginkan. Mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB adalah tindakan yang sangat bijak namun seringkali kita dalam memutuskan sesuatu tidak berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar, bahkan hanya berdasarkan saran dari teman, tetangga bahkan petugas KB saja.
Data memperlihatkan bahwa pemilihan dan penggunaan kontrasepsi oleh pasangan suami isteri sering kali tidak didasarkan pada pilihan yang rasional, serta tidak mempertimbangkan efektivitas dan efisiensinya. Padahal setiap pasangan suami isteri mempunyai hak untuk memilih dan menentukan sendiri alat kontrasepsi yang akan mereka gunakan secara bebas dan bertanggung jawab. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya setiap pasangan mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.
Pilihan yang rasional
Informasi lengkap tentang metode kontrasepsi perlu diperoleh sebelum pasangan memilih untuk menggunakan kontrasepsi tertentu sesuai dengan pilihannya. Pada umumnya, setiap pasangan yang menggunakan kontrasepsi dilandasi keinginan yang jelas, apakah untuk menunda kelahiran anak pertama (postponing), menjarangkan anak (spacing), atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan?
Kejelasan maksud tersebut terkait dengan tersedianya teknologi kontrasepsi sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (fecundity), efektifitas dan efisiensinya. Pilihan yang didasarkan dari informasi yang lengkap tersebut pada akhirnya akan menghasilkan pilihan metode kontrasepsi yang bersifat rasional.
Pilihan kontrasepsi secara rasional pada dasarnya adalah merupakan pilihan klien secara sukarela tanpa adanya unsur paksaan, yang didasarkan pada pertimbangan secara rasional dari sudut tujuan/teknis penggunaan, kondisi kesehatan medis, dan kondisi sosial-ekonomis dari masing-masing pasangan. Sebagai contoh, apabila penggunaan kontrasepsi ditujukan untuk menjarangkan kelahiran anak dalam beberapa bulan saja (spacing), maka bukan metode Susuk/Implan, IUD, Sterilisasi tetapi pil yang dianggap rasional. Alasannya karena metode Implan, IUD, dan sterilisasi bersifat jangka panjang. Dan pada implan kembalinya kesuburan relatif lebih lama dibandingkan pil. Demikian pula bila pasangan yang sudah tidak mengharapkan anak lagi (limiting), maka sebaiknya tidak menggunakan pil atau pantang berkala, karena angka kegagalannya tinggi bila tidak digunakan secara disiplin dan benar. Demikian juga dengan IUD untuk menunda kelahiran anak pertama (postponing) untuk beberapa bulan saja, umumnya tidak menjadi pilihan yang dianggap rasional. Selain itu, perlu diingat bahwa kontrasepsi rasional bukan hanya mempertimbangkan tujuan penggunaan kontrasepsi (postponing, spacing, limiting), tetapi harus juga mempertimbangkan secara rasional kriteria penerimaan dari aspek medis (medical eligibility criteria), Sebagai contoh, wanita usia 35 tahun keatas (apalagi perokok), menderita penyakit tekanan darah tinggi > dari 180/110 mmHg hendaknya tidak menggunakan pil kombinasi estrogen dan progesteron karena meningkatkan resiko menderita penyakit pembuluh darah. Demikian juga dengan perempuan yang sedang menderita penyakit infeksi alat kelamin sebaiknya tidak menggunakan AKDR/IUD karena akan memperberat infeksinya. Banyak contoh-contoh kondisi medis lainnya yang secara rasional perlu di pertimbangkan dalam pemilihan kontrasepsi, meskipun pada akhirnya keputusan terakhir pemilihan kontrasepsi tetap berada di tangan pengguna kontrasepsi. Oleh karena itu, dalam hal ini informed consent sangat diperlukan, terlebih lagi bila kontrasepsi yang akan dipilih dan digunakan oleh pengguna memiliki resiko tinggi bagi diri pengguna kontrasepsi.

Pilihan yang efektif

Selain pertimbangan secara rasional, dalam pemilihan kontrasepsi harus juga mempertimbangkan aspek efektifitasnya. Yang dimaksud dengan pemilihan kontrasepsi yang efektif adalah pemilihan kontrasepsi yang didasari pada pertimbangan efektifitas masing-masing jenis kontrasepsi berdasarkan angka kegagalannya. Jadi efektifitas masing-masing kontrasepsi dapat dilihat dari angka efektifitasnya secara teoritis (theoritical effectivenes/ dalam kondisi ideal) dan efektifitas penggunaan secara praktis di lapangan (used effektivenes). Dengan mengetahui angka-angka tersebut maka setiap pasangan dapat mempertimbangkan penggunaan jenis-jenis kontrasepsi berdasarkan angka kegagalannya. Sebagai contoh, Implan, AKDR/IUD, Sterilisasi/Tubektomi termasuk jenis kontrasepsi yang efektivitas tinggi(most efektif) sebab angka kegagalan untuk Implan (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan), AKDR (0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan), dan Sterilisasi/ Tubektomi (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan). Sedangkan jenis kontrasepsi yang termasuk kriteria efektif antara lain Pil, Suntikan, Metode Amenore Laktasi/ Pemberian ASI. Dan yang termasuk kriteria last efektif antara lain, kondom, diafragma vaginal, dan sanggama terputus.
Pilihan yang efisien

Pertimbangan terakhir yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat kontrasepsi adalah kriteria efisiensi. Efisiensi dapat dinilai dari biaya kontrasepsi dalam memproteksi kehamilan per tahun penggunaan dari seorang pasangan (Couple Years Protection atau CYP). Angka alat kontrasepsi per CYP dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan efisiensi setiap alat kontrasepsi.

Ada banyak hal dalam pemilihan kontrasepsi yang perlu dipertimbangkan secara rasional, meskipun pada akhirnya keputusan terakhir pemilihan jenis kontrasepsi harus tetap ditangan pengguna itu sendiri. (dr. Sheilla)
Sumber: Kebijakan, Program, dan Kegiatan KB dan KR 2005-2009
Sumber : http://gemapria.bkkbn.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar